Jumat, 13 November 2015

Expired

           Biar kuberi tahu rahasiaku yang mungkin (memang) tak penting dan tak ada untungnya untukmu, ini tentangku dan yang aku rasakan, sudah kutulis sebelumnya ini tak ada untungnya untukmu jadi lebih baik kamu tidak meneruskan membaca ini, tapi jika kamu sekadar ingin tahu tentang rahasiaku, maka duduklah dan sisihkan tiga menitmu, baca saja... tulisan ini ada ujungnya.
        Ini sudah cukup lama terjadi, bahkan terjadinya pun tak hanya sekali, aku melihat matanya, memandangnya dari dekat, menunggunya lewat di depan kelas, menyaksikannya berpikir dari jauh, lalu tersenyum saat dia menoleh kepadaku. Aku mengenalnya dan dia pun mengenalku, kami hanya sebatas dua manusia yang dipersatukan karena perkenalan, hanya itu, tapi mengapa aku lebih gugup di depannya dan laju nadiku menjadi lebih cepat saat di dekatnya. Rasa itu ada.... aku tahu ini apa, 'aku dan kamu' tetap akan menjadi 'aku dan kamu' tak bisa disebut 'kita' bahkan saat berdua dalam waktu yang sama, ah, bahkan ia sudah bilang bahwa aku berlebihan.
     Sekarang dia merekomendasikan berbagai dongeng untukku, kisah familier yang judulnya pasti orang-orang tahu, dia tertarik dengan bahasanku tentang peri, tentang harta karun yang tersembunyi, dan tentang semua utopia lainnya. Aneh sekali, padahal dia orang yang realistis tapi mengapa suka berkhayal dan percaya hal-hal itu.
       Namanya mencerminkan sifatnya, ah, aku sudah mulai terlalu jelas, aku teringat saat aku dan dia menertawakan hal bodoh, hal yang hanya aku dan dia saja yang tahu, hanya dengan satu kata maka percakapan panjang akan terjadi di antara aku dan dia, satu kata itu benar-benar menjadi penyelamatku saat aku ingin terus bersamnya tetapi kehabisan bahan obrolan. 
       Aku ucap salam bagi kamu yang masih membaca tulisan ini, aku tak sanggup mengatakan langsung padanya jika aku mengaguminya, jika kamu bertemu dia tolong sampaikan untuk membaca tulisan ini segera, sebelum tanggal kedaluwarsa.


Exp : 15 Nov 2015


Kamis, 29 Oktober 2015

Bus Kota

Memangnya sejak kapan kamu menunggu?
Menunggu di persimpangan jalan
Jalan pinggir kota di bawah halte
Halte tua yang masih kuat berdiri tegak
Tegak dan kokoh nyaris bersaing dengan kakimu
Kaki yang menopangmu berdiri agar tak jatuh
Jatuh di aspal becek karena hujan
Hujan yang turun kemarin malam
Malam yang sama juga tiap waktu
Waktu sampai menertawakan tingkahmu
Tingkah bodohmu yang melakukan hal yang sama
Hal yang sama tiap harinya
Hari-hari sama pula yang membuatmu berdiri
Berdiri yang kini telah lelah
Lelah karena terus berdiri dan menanti
Menanti bus kota datang
Datang dan meninggalkan halte di persimpangan jalan.

Memulai Kembali